BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu pusat keragaman hayati
terkaya didunia. Di Indonesia terdapat sekitar 25.000 spesies tumbuhan berbunga
(10% dari tumbuhan berbunga dunia). Jumlah spesies mammalia adalah 515 (12%
dari jumlah mammalia dunia). Selain itu ada 600 spesies reptilia; 1500 spesies
burung dan 270 spesies amfibia. Diperkirakan 6.000 spesies tumbuhan dan hewan
digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada
sekitar 7.000 spesies ikan air tawar maupun laut merupakan sumber protein utama
bagi masyarakat Indonesia (Shiva, 1994).
Dengan direncanakannya pembangunan
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia perlu dilakukan pengkajian
keselamatan lingkungan baik untuk kondisi reaktor beroperasi normal ataupun
kecelakaan. Pada saat beroperasi normal diharapkan tidak ada lepasan bahan
radioaktif ke lingkungan, akan tetapi pada saat kecelakaan dapat terjadi
lepasan bahan radioaktif ke lingkungan. Untuk itu diperlukan sebuah kajian mengenai
fitoremediasi lingkungan perairan menggunakan sumber daya yang ada, yaitu
menggunakan tanaman air sebagai pelaku utamanya.
Kiambang (Salvinia molesta)
merupakan salah satu tumbuhan yang hidupnya mengapung pada permukaan air.
Tanaman ini dapat hidup di daerah tropis, sub tropis dan daerah yang
bertemperatur hangat di seluruh dunia. Biasanya tanaman ini banyak dijumpai di
sawah, sungai, dan saluran air. Pada penelitian ini akan diuji kemampuan
tanaman kiambang dalam menyerap radiosesium yang mencemari sistem perairan.
Sebelumnya pernah dilakukan penelitian dengan menggunakan tanaman eceng gondok
(Eichornia crassipes) yang hasilnya memperlihatkan bahwa tanaman eceng
gondok mampu mengakumulasi radiosesium sampai 188 kali di atas konsentrasi
radiocesium pada media tempat tumbuhnya.
B. Tujuan
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tanaman kiambang (Salvinia molesta)
dalam mengakumulasi radiosesium dari air tempat tumbuhnya dalam rangka mengkaji
kemungkinan tanaman kiambang digunakan sebagai fitoremediator pencemaran
radiosesium di lingkungan perairan.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1.
Bagaimana
prinsip kerja fitoremediasi lingkungan perairan terhadap pencemaran radiosesium?
2.
Bagaimana
karakteristik tanaman kiambang (Salvinia molesta) sebagai fitoremediator
pencemaran radiosesium?
3.
Berapa nilai
efisiensi yang diperoleh dari pemanfaatan Salvinia molesta sebagai
fitoremidiator pencemaran radiosesium?
4.
Apa nilai
positif dan negatif pemanfaatan tanaman kiambang sebagai fitoremidiator
pencemaran perairan oleh radiosesium?
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini
adalah:
1. Memberikan penjelasan
kepada masyarakat tentang bahaya radiosesium dalam kehidupan.
2. Memberi penjelasan
kepada masyarakat tentang potensi tanaman kiambang untuk menyerap pencemaran
radiosesium.
3. Meningkatkan kesadaran
pemerintah dan peran serta masyarakat untuk meningkatkan nilai tambah dari
tanaman kiambang.
4. Meningkatkan minat
penelitian di bidang fitoremediasi lingkungan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Radiosesium
(kebanyakan berupa 134Cs dan 137Cs) merupakan salah satu bahan radioaktif
yang dapat terlepas ke lingkungan dalam jumlah relatif besar serta mempunyai
dampak yang merugikan bagi lingkungan dan manusia pada saat terjadi kecelakaan
reaktor nuklir. Radionuklida 134Cs dan 137Cs dapat dikatakan sebagai
bahan radioaktif yang mempunyai potensi membahayakan kesehatan manusia, karena
radiasi gamma yang dipancarkannya dan waktu paruhnya yang relatif panjang,
yaitu masing-masing 2,05 tahun dan 30 tahun. Radiosesium yang terlepas ke
lingkungan dapat masuk ke rantai makanan melalui media udara, air, dan tanah.
Pada saat terjadi kecelakaan radiosesium akan terlepas ke udara dan pada
akhirnya dapat mencapai permukaan tanah. Radiosesium di dalam tanah dapat
diserap oleh akar tanaman dan masuk ke dalam tubuh tanaman sampai akhirnya
dapat masuk ke dalam tubuh manusia apabila manusia mengkonsumsi makanan yang
tercemar radiosesium. Demikian pula apabila radiosesium mencapai sistem
perairan, pada akhirnya dapat pula mengkontaminasi tubuh manusia melalui produk
makanan yang berasal dari perairan yang tercemar tersebut (Thahaja, P. et al,
2006).
Pada
saat terjadi kecelakaan reaktor nuklir besar kemungkinan terjadi cemaran
radiosesium ke lingkungan baik melalui udara, sistem terestrial, maupun sistem
perairan. Radiosesium yang terlepas ke udara maupun ke sistem terestrial, pada
akhirnya dapat masuk ke sistem perairan, melalui terjadinya hujan. Dengan
menggunakan teknik atau metode fitoremediasi, diharapkan radionuklida pencemar
dapat diakumulasi oleh tanaman (Bowen,1979).
Kontaminasi air oleh radiosesium menyebabkan efek
radiologis jangka panjang karena radiosesium dapat masuk ke dalam rantai
makanan dan menyebabkan manusia menjadi terpapar oleh radiosesium. Absorpsi
oleh tanaman merupakan jalur utama migrasi radiosesium dari air ke tubuh
manusia. Transfer radionuklida dari air ke tanaman merupakan proses penting
dalam perkiraan dosis paparan radionuklida terhadap manusia (Dina, 2006).
Pemulihan lingkungan akibat adanya
pencemaran lingkungan oleh radiosesium dapat dilakukan dengan cara yang
ekonomis dan ramah lingkungan. Teknik yang banyak dikembangkan saat ini salah
satunya adalah teknik atau metode fitoremediasi yang artinya pemulihan
kontaminasi lingkungan dengan menggunakan tanaman. Beberapa jenis tanaman telah
diselidiki di beberapa negara beriklim sedang untuk mengetahui kemampuannya
dalam menyerap radionuklida jenis tertentu. Berdasarkan kemampuan tanaman dalam
menyerap dan mengakumulasi radionuklida dapat ditentukan apakah suatu jenis
tanaman dapat dipertimbangkan untuk digunakan dalam fitoremediasi lingkungan (Amir,
2008).
Kiambang merupakan nama umum bagi paku air (familia Salviniaceae) dari
genus Salvinia. Tumbuhan ini biasa ditemukan mengapung di air menggenang,
seperti kolam, sawah dan danau, atau di sungai yang mengalir tenang.
Kiambang memiliki dua tipe daun yang sangat berbeda. Daun yang tumbuh di permukaan air berbentuk cuping agak melingkar, berklorofil sehingga berwarna hijau, dan permukaannya ditutupi rambut berwarna putih agak transparan. Rambut-rambut ini mencegah daun menjadi basah dan juga membantu kiambang mengapung. Daun tipe kedua tumbuh di dalam air berbentuk sangat mirip akar, tidak berklorofil dan berfungsi menangkap hara dari air seperti akar. Orang awam menganggap ini adalah akar kiambang. Kiambang sendiri akarnya (dalam pengertian anatomi) tereduksi. Kiambang tidak menghasilkan bunga karena masuk ke dalam golongan paku-pakuan.
Sebagaimana paku air (misalnya semanggi air dan azolla) lainnya, kiambang juga bersifat heterospor, memiliki dua tipe spora: makrospora yang akan tumbuh menjadi protalus betina dan mikrospora yang akan tumbuh menjadi protalus jantan (Gembong, 1976).
Kiambang memiliki dua tipe daun yang sangat berbeda. Daun yang tumbuh di permukaan air berbentuk cuping agak melingkar, berklorofil sehingga berwarna hijau, dan permukaannya ditutupi rambut berwarna putih agak transparan. Rambut-rambut ini mencegah daun menjadi basah dan juga membantu kiambang mengapung. Daun tipe kedua tumbuh di dalam air berbentuk sangat mirip akar, tidak berklorofil dan berfungsi menangkap hara dari air seperti akar. Orang awam menganggap ini adalah akar kiambang. Kiambang sendiri akarnya (dalam pengertian anatomi) tereduksi. Kiambang tidak menghasilkan bunga karena masuk ke dalam golongan paku-pakuan.
Sebagaimana paku air (misalnya semanggi air dan azolla) lainnya, kiambang juga bersifat heterospor, memiliki dua tipe spora: makrospora yang akan tumbuh menjadi protalus betina dan mikrospora yang akan tumbuh menjadi protalus jantan (Gembong, 1976).
Banyak
orang menilai kiambang tidak ada gunanya namun ternyata akar serabut Kiambang
mampu menyerap kotoran-kotoran dalam air sehingga membuat air lebih jernih.
Salah satu faktor yang mempengaruhi akumulasi suatu unsur di bagian tanaman
adalah proses metabolisme. Pada metabolisme tanaman, setelah diserap oleh akar
unsur akan disalurkan ke bagian lain dari tanaman. Pada saat mencapai daun
unsur radiosesium mengikuti proses metabolisme yang berlangsung di daun
kemudian berpindah lagi ke bagian lain mengikuti proses metabolisme selanjutnya
atau tetap tinggal di daun terikat pada senyawa yang membentuk daun. Sesium
yang berada dalam tanaman terserap ke dalam sitoplasma melalui membran plasma.
Dalam sel tanaman, sesium mengalami metabolisme seperti kalium yang banyak
berperan sebagai biokatalisator dalam proses fotosintesis tanaman di daun
(Sumarni, 2000).
Jenis-jenis
tanaman air dikenal akan kemampuannya dalam menyerap air melalui proses
transpirasi dari daun. Bersamaan dengan penyerapan air ikut terserap pula bahan
organik dan anorganik yang terdapat dalam air di tempat hidupnya. Penyerapan
air bersama radiosesium yang ada didalamnya terjadi segera setelah tanaman
dimasukkan ke dalam bak yang mengandung radiosesium. Distribusi konsentrasi
radiosesium terlihat tinggi di bagian akar, ini dapat dimengerti karena akar
langsung bersinggungan dengan medium air yang dikontaminasi dengan radiosesium,
dan melalui akar pula radiosesium diserap oleh tanaman kemudian didistribusikan
ke bagian lainnya (Salisbury, 1972).
B. Kerangka Pemikiran
Kiambang
(Salvinia molesta) merupakan salah satu tumbuhan yang hidupnya mengapung
pada permukaan air. Tanaman ini dapat hidup di daerah tropis, sub tropis dan
daerah yang bertemperatur hangat di seluruh dunia. Biasanya tanaman ini banyak
dijumpai di sawah, sungai, dan saluran air. Ciri khas ini juga dimiliki oleh
tanaman eceng gondok (Eichornia
crassipes). Pernah dilakukan penelitian dengan menggunakan tanaman eceng
gondok (Eichornia crassipes) sebagai fitoremidiator yang hasilnya
memperlihatkan bahwa tanaman eceng gondok mampu mengakumulasi radiosesium sampai
188 kali di atas konsentrasi radiosesium pada media tempat tumbuhnya.
C. Hipotesis
Semakin
banyak tanaman kiambang (Salvinia molesta) yang digunakan sebagai
fitoremidiator maka diduga kadar radiosesium dalam perairan akan semakin
berkurang.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Alat dan
Bahan
1.
Alat yang
dipakai
a.
Kolam ukuran 2x1 m2 (1 buah)
b.
Bak air
kapasitas 500 L (2 buah)
c.
Oven (1 buah)
d.
Spektrometer gamma (1
buah)
e.
pH meter (1 buah)
f.
Neraca
analitik (1 buah)
2.
Bahan yang
digunakan
a.
Tanaman kiambang (Salvinia molesta) (70
buah)
b. Radionuklida 134Cs (0,2
mL)
c. Air (secukupnya)
B. Cara
Kerja
1.
Sampel tanaman
kiambang (Salvinia molesta) dicabut dari persawahan, dibersihkan dari
kotoran lumpur yang menempel, kemudian diadaptasikan di sebuah kolam berukuran
2 x 1 m2 selama
satu minggu.
2.
Sementara
itu disiapkan dua buah bak dengan kapasitas 500L dan diisi dengan air sebanyak
400L sehingga ketinggian air mencapai lebih kurang 10 cm dari tepi atas bak.
3.
Bak pertama
dikontaminasi dengan radionuklida 134Cs dalam bentuk 134CsCl
sebanyak 0,2 mL dengan aktivitas 4,84 x 109 Bq/mL, sehingga konsentrasi 134Cs
dalam bak menjadi lebih kurang 9,68 Bq/mL.
4.
Bak kedua
tidak dikontaminasi dan dijadikan sebagai kontrol.
5.
Tanaman
kiambang dengan ukuran diameter daun kira-kira 1,5 cm sebanyak masing-masing 70
individu dimasukkan ke dalam bak pertama dan bak kontrol.
6.
Pengamatan
dilakukan dengan cara mengambil sampel tanaman kiambang sebanyak masing-masing
3 individu setiap lima hari sekali selama 40 hari baik dari bak penelitian
maupun bak kontrol.
7.
Masing-masing
individu dipisahkan menjadi bagian akar dan bagian non akar (batang dan daun)
lalu ditimbang.
8.
Masing-masing
bagian tanaman kemudian dikeringkan dengan oven sampai
diperoleh berat konstan (lebih kurang 24 jam).
9.
Tanaman kering dimasukkan ke dalam kantong plastik dan selanjutnya
aktivitas 134Cs
diukur menggunakan spektrometer gamma dengan detektor HPGe selama 180 detik.
10.
Setiap kali pengambilan sampel tanaman disertai pula dengan pengambilan
sampel air baik dari bak penelitian maupun dari bak kontrol sebanyak 25 mL,
kemudian diuji dengan spektrometer gamma selama 180 detik.
11.
Selama penelitian kualitas air dikontrol dengan menjaga ketinggian air
tetap konstan dan derajat keasaman dijaga agar tidak melewati kisaran pH 5-7.
12.
Akumulasi 134Cs dalam tanaman kiambang dinyatakan sebagai faktor
transfer yang ditentukan dengan cara membandingkan konsentrasi 134Cs
dalam tanaman dengan konsentrasinya dalam air.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, A.
2008. Potensi Tanaman Air sebagai Penyerap Pencemar. Jakarta: Suara
Merdeka
Bowen, H. J. M. 1979. Environmental
Chemistry of Elements. London: Academic Press
Dina, K. et al. 2006. Analisis
Cemaran Pestisida pada Sungai Gali dengan Kiambang sebagai Bioremediator.
Jurnal Ilmu Lingkungan
Gembong, T. 1976. Morfologi
Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press
Salisbury, B. 1992. Fisiologi
Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB
Sumarni, L. 2000. Kemampuan
Eceng Gondok (Eichornia crassipes) dan Kyambang dalam Mengubah Sifat
Fisiko-Kimia Air Limbah Industri Tekstil dan Kertas. Bandung: ITB Press
No comments:
Post a Comment