Protein biasanya mempunyai muatan netto positif atau negatif yang
mencerminkan campuran asam amino bermuatan yang dikandungnya. Jika sebuah
larutan yang mengandung molekul protein mengalami suatu medan listrik, protein
itu akan bermigrasi dengan laju yang bergantung pada muatan netto, ukuran serta
bentuknya. Teknik ini dikenal dengan istilah elektroforesis. Awalnya,
elektroforesis digunakan untuk memisahkan campuran protein baik yang berada
dalam suatu larutan air yang bebas maupun yang terikat dalam suatu matriks zat
padat yang berpori, misalnya dalam tepung pati.
Namun, mulai pertengahan tahun 1960, teknik elektroforesis berkembang
menjadi elektroforesis gel poliakrilamida SDS (SDS-page) yang digunakan
untuk menganalisa protein. Metode ini menggunakan gel poliakrilamida dengan
strukturnya yang membentuk susunan saling menyilang sebagai suatu matriks
lembam yang harus dilalui oleh protein. Gel tersebut biasanya disiapkan langsung sebelum digunakan dengan cara
polimerisasi dari monomer-monomernya. Selain itu, ukuran pori gel dapat diatur
sedemikian rupa sehingga cukup kecil untuk menghambat migrasi molekul-molekul
protein yang dianalisis. Protein-protein itu sendiri tidak sekedar dilarutkan
dalam air tetapi dicampur dengan semacam detergent yang bermuatan sangat
negatif, yaitu natrium dodesil sulfat atau SDS. Karena detergent ini mengikatkan diri dengan
bagian-bagian yang hidrofobik pada molekul-molekul protein sehingga
molekul-molekul itu menguraikan lipatan-lipatannya menjadi rantai-rantai
polipeptid yang memanjang, maka setiap molekul protein terbebas dari
persekutuannya dengan molekul-molekul protein lain atau dengan molekul-molekul
lipid dan membuatnya dapat larut secara bebas dalam larutan detergent. Di
samping itu, sering pula ditambahkan sebuah agen pereduksi seperti
merkaptoetanol untuk memutuskan setiap mata rantai SDS dalam protein-protein
supaya semua unsur polipeptida dalam molekul-molekul yang memiliki banyak
subunit itu dapat dianalisis secara terpisah.
Apabila sebuah campuran
protein dilarutkan dalam SDS kemudian dielektroforesis melalui suatu lapisan
gel poliakrilamida maka setiap molekul protein akan mengikat sebagian besar
molekul-molekul detergent yang bermuatan negatif, sehingga muatan setiap
molekul protein menjadi negatif. Ini menyebabkan molekul-molekul tersebut
bermigrasi ke arah elektroda positif apabila mengalami tegangan listrik.
Protein-protein yang berukuran sama cenderung menunjukkan perilaku yang
serupa, dan hal ini disebabkan oleh:
1. Struktur yang semula
telah dijadikan tidak terlipat lagi oleh SDS sehingga semua mempunyai bentuk
yang sama.
2. Masing-masing
mengikat SDS dalam jumlah yang sama sehingga karena itu mempunyai muatan
negatif yang sama pula.
Protein-protein lebih besar
dengan muatan yang juga lebih besar, akan mengalami gaya listrik yang lebih
besar sekaligus gaya tarik yang lebih besar pula. Dalam larutan yang bebas, kedua efek itu akan
saling menghilangkan, tetapi dalam jalinan gel poliakrilamida, yang bertindak
sebagai penyaring molekul, protein-protein besar mengalami hambatan yang jauh
lebih besar dibanding protein-protein kecil. Akibatnya, dalam suatu campuran
yang kompleks protein-protein saling terpisah membentuk pita-pita yang tersusun
menurut berat molekul setiap protein.
Protein yang besar dengan
mudah dapat dideteksi melalui pewarnaan gel dengan zat pewarna biru Coomassie,
misalnya, sedangkan protein kecil dideteksi melalui perlakuan dengan zat
pewarna perak (asalkan banyaknya protein tersebut dalam suatu pita tidak kurang
dari 10 ng). Sebuah protein tertentu dapat diidentifikasi pada gel semacam itu
dengan mencampur semua protein dengan suatu antibodi yang telah dihubungkan
dengan sebuah isotof radioaktif, dengan suatu enzim, atau dengan sebuah zat
warna berpendar. Hal ini dilakukan setelah semua protein yang sudah
terpisah-pisah dalam gel dipindahkan pada sehelai kertas nitroselulosa dengan
cara blotting.
Elektroforesis protein gel
poliakrilamida SDS dianggap sebagai prosedur yang lebih baik dibandingkan
dengan metode-metode analisis yang terdahulu terutama karena dapat digunakan
untuk memisahkan jenis-jenis protein, termasuk protein-protein yang tidak larut
dalam air. Protein-protein membran, protein-protein yang kompleks protein.
merupakan komponen kerangka sel dan protein-protein yang merupakan bagian dari
persatuan makromolekul yang lebih besar dapat diuraikan dengan metode ini.
Karena metode ini memisahkan polipeptida menurut ukuran masing-masing maka akan
diperoeleh informasi mengenai berat molekul dan komposisi sub unit pada suatu
kompleks protein (Gambar 1). Foto gel yang telah digunakan untuk menganalisis
tahapan-tahapan berurutan dalam pemurnian sebuah protein dapat dilihat dalam
Gambar 2.
Gambar 1.
Elektroforesis SDS gel poliakrilamida.
Gambar 2. Analisis sampel
protein dengan elektroforesis SDS gel poliakrilamida.
Elektroforesis protein dengan
gel poliakrilamida SDS ternyata juga memiliki kelemahan karena pita-pita atau
puncak-puncak protein yang terlalu rapat cenderung saling tumpang tindih
sehingga hanya mampu menguraikan protein dalam jumlah yang relatif kecil
(umumnya kurang dari 50). Oleh karena itu dikenal pula bentuk perkembangan
dari metode ini yang dikenal dengan
elektroforesis gel dua dimensi. Metode elektrofresis gel dua dimensi ini
menggabungkan dua prosedur pemisahan berbeda. Metode ini dapat digunakan untuk
menguraikan lebih dari 1000 macam protein melalui pemetaan dua dimensi.
Langkah pertama dari
elektroforesis gel dua dimensi adalah memisahkan protein-protein berdasarkan
muatan yang dimilikinya. Untuk ini, sampel dilarutkan dalam sedikit larutan
yang mengandung detergent non-ionik (tidak bermuatan) yang dicampur
dengan merkaptoetanol dan reagen pengubah sifat urea. Larutan ini melarutkan,
mengubah sifat dan menguraikan semua rantai polipeptida tanpa mengubah muatan
asli masing-masing. Rantai-rantai polipeptida itu kemudian dipisah-pisahkan
dengan sebuah prosedur yang disebut isoelectric focusing, sesuai
kenyataan bahwa muatan netto sebuah molekul protein bervariasi terhadap pH
larutan di sekelilingnya. Untuk setiap protein terdapat sebuah pH karakteristik,
juga disebut titik isoelektrik, yaitu keadaan ketika protein tidak
memiliki muatan netto dan karena itu tidak akan bermigrasi dalam suatu medan
listrik. Dalam isoelectric focusing, protein-protein dielektroforesis
dalam sebuah tabung sempit berisi gel poliakrilamida yang memiliki gradien pH
berkat adanya suatu campuran penyangga khusus. Dalam pengaruh suatu medan
listrik, setiap protein bergerak ke sebuah posisi dalam gradien yang sesuai dengan titik
isoelektriknya dan tetap berada di tempat itu (Gambar 3). Inilah yang disebut
dimensi pertama pada elektroforesis gel dua dimensi.
Gambar 3. Pemisahan molekul-molekul
protein dengan isoelectric focusing.
Dalam tahapan kedua, gel
sempit dengan protein-protein yang telah menjalani fraksionasi itu
dielektroforesis lagi tetapi dalam arah tegak lurus terhadap arah pada
fraksionasi tahap pertama. Pada tahap ini SDS ditambahkan ke dalam gel sehingga
protein-protein menjalani pemisahan menurut ukuran seperti dalam SDS-page
satu dimensi. Gel dalam tabung sempit tadi dicelupkan ke dalam SDS kemudian
diletakkan di salah satu ujung sebuah lempengan gel poliakrilamida SDS. Dari
tahap inilah setiap rantai polipeptida bermigrasi membentuk titik-titik yang
berlainan. Inilah dimensi kedua dalam elektroforesis gel poliakrilamida dua
dimensi.
Protein-protein yang akan
tetap tidak terurai adalah protein-protein yang mempunyai ukuran serta titik
isoelektrik yang sama, meskipun situasi seperti ini sangat jarang ditemui. Pada
gel tersebut, bahkan setiap rantai polipeptida dalam jumlah yang sangat kecil
pun dapat dideteksi dengan berbagai prosedur pewarnaan atau dengan
otoradiografi jika protein sampel telah diberi label dengan radioisotop. Hingga
2000 macam rantai polipeptida mampu diuraikan menggunakan satu gel saja. Jumlah
protein ini hampir sama dengan jumlah protein berbeda dalam sebuah bakteri.
Daya penguraian metode ini begitu besarnya sehingga dua buah protein yang hanya
berbeda dalam sebuah asam amino bermuatannya dapat dikendalikan dengan mudah.
Elektroforesis SDS-PAGE (polyacrylamide gel
electrophoresis) dapat digunakan untuk mengetahui ekspresi protein
mikroorganisme. Sebagaimana yang dilakukan oleh Suranto (2007). Elektroforesis
protein dilakukan dengan menuangkan 5 mL kultur bakteri ke dalam tabung
ependorf 1,5 mL dan sel-selnya diendapkan dengan disentrifugasi selama 5 menit
pada kecepatan 13.000 rpm. Endapan sel dibersihkan dari media LB cair dengan
membuang supernatannya sedangkan pelet sel yang mengendap disuspensi dengan Phospat
Buffered Saline Solution (PBS) sebanyak dua kali, kemudian
disentrifuse kembali, dan supernatan PBS dibuang. Pelet kemudian
ditambahkan 1 mL PBS. Untuk memecah sel digunakan sonikasi selama
30 detik sebanyak 4 kali, disentrifuse ulang dan diambil supernatannya
untuk dirunning dengan menambahkan buffer sampel (4:1/v:v). Sebelum diloading
ke dalam sumuran, campuran sampel dan buffer sampel direbus dalam air
mendidih selama 2 menit, kemudian dimasukkan ke dalam es selama + 5
menit, setelah itu sampel siap dirunning. Gel yang sudah terbentuk (discontinous
gel 10 % dan stacking gel 3%), dipindahkan ke dalam tangki
elektroforesis (Hames & Rickwood, 1990). Selanjutnya tangki
elektroforesis diisi dengan running buffer (0,19 M Glycine, 10 ml SDS 10
%, dan 0,0248 M Tris dalam 1 Liter) hingga penuh. Selanjutnya diletakkan
10 μL mikropipet campuran
sampel dan buffer sampel kemudian dimasukkan ke dalam sumuran elektroforesis
secara hati-hati. Setelah semua sampel masuk dalam sumuran pasang tutup
tanki dan atur voltase (100V, 90 menit).
Pewarnaan dengan menggunakan metode Comassie
Blue untuk pewarnaan protein. Larutan dibuat dengan komposisi 1 g zat warna
Comassie Blue dilarutkan dalam 1 L larutan distaining (100 ml asam
asetat, 400 mL metanol, kemudian diencerkan dengan penambahan akuades hingga mencapai
volume 1 L). (Hames & Rickwood, 1990). Setelah dirunning, gel direndam
dalam larutan pewarna Comassie Blue selama 12 jam, kemudian dicuci
dengan destainig sebanyak 3-4 kali selama 2 jam hingga didapatkan pola pita protein
yang terbentuk. Hasilnya diperlihatkan pada gambar 4.
Gambar 4. Ekspresi protein pada lima macam
mikroorganisme yang ditumbuhkan pada media cair LB dengan konsentrasi Cr(VI) 0
ppm dan 10 ppm.
REFERENSI:
Alberts, B. et al. 1994.
Biologi Molekuler Sel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hames, B.D & Rickwood.1990. A Practical Approach: Gel
elektrophoresis protein. Huntington: Robert E Krieger Publishing Company.
Suranto, et al. 2007. Ekspresi
Protein pada Mikroorganisme Resisten Logam Berat Cr dengan Metode
Elektroforesis. Jurnal Biosains.
No comments:
Post a Comment